Rabu, 25 Juni 2014

Kesehatan Mental "Cinta Dan Pernikahan"

Kesehatan Mental

Ezzy Erizon (12512588)



CINTA DAN PERNIKAHAN
 
Wawancara dengan MR & MS X

Ada Saudara saya yang kini sudah berkeluarga yang telah hidup bersama sejak tahun 1999 ketika pasangan suami istri ini mengikatkan janjinya. Mereka memiliki 4 orang anak 3 perempuan dan 1 laki-laki. Mr. X bekerja menjadi karyawan diperusahaan pengeboran minyak dan Ms. X sebagai ibu rumah tangga, mereka termasuk orang yang berkecukupan walaupun tidak berlebihan, tetapi mereka selalu menanamkan pada anak-anak mereka bahwa harus selalu rendah hati, dan harus selalu berusaha untuk mendapatkan sesuatu. Mereka tinggal di sebuah pedesaan daerah tajur bogor timur. Anak mereka yang pertama perempuan baru saja lulus SMP beberapa minggu yang lalu, yang kedua perempuan lagi sedang melanjutkan SMP di salah satu sekolah negeri di Bogor, anak yang ke tiga baru lulus SD tahun ini dan anak bungsu mereka laki-laki kelas 2 SD. Mr. X mengakui bahwa dia berada jauh dari keluarganya. karna Mr. X pulang kerumah kadang 2bulan/3bulan. 
 
Keluarga ini sangat harmonis walaupun jarang sekali bertemu mereka dapat mengatasi masalahnya sendiri tanpa harus bertengkar hebat dengan pasangannya, mereka mengerti cara meredam emosi dan mereka mengerti bahwa masalah karena mereka mengetahui dari awal, menjadi seorang suami istri pasti akan ada banyak hal yang terlewati dan mereka menyadari dalam hidup seseorang tidak pernah luput dari kesalahan. Walaupun mereka dapat berkumpul 1 bulan full karna perkerjaan Mr. X berkerja seperti berlayar namun komunikasi mereka dan anak-anak mereka tetap terjalin, Walaupun hanya lewat telfon dan media sosial.

Mereka sadar mereka akan banyak mengalami tahap dimana pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya dan ketika mereka mengalami tahap ini mereka akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya dan mereka akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya dan saat itu, mereka akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Setelah pertengkaran dan mereka mengerti jalan keluarnya mereka akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan. Mereka semakin menghayati cinta kasih pasangannya.
Mereka mengakui bahwa anak-anak mereka terkadang ingin mempunyai rumah tangga yang harmonis seperti mereka, mereka pun dapat selalu menyisihkan waktunya untuk dapat berkumpul bersama keluarga. Mereka juga selalu berfikir ke depan, setiap gaji yang mereka dapati sebagian mereka tabung untuk keperluan masa depan anak-anak mereka karena mereka sama-sama takut tidak bisa menemani anak-anak mereka sampai mereka sukses.
Dan mereka sama-sama berharap dan sama-sama ingin menghabiskan sisa umur mereka dan masa tua mereka bersama-sama. Mereka ingin selalu menjadi keluarga yang harmonis dan besar harapan mereka untuk anak-anaknya menjadi sukses. Semoga segala sesuatu yang mereka inginkan dan segala sesuatu yang mereka harapkan dapat terwujud, dan semoga hubungan harmonis mereka akan menjadi panutan bagi anak-anak mereka juga bagi orang lain di sekitar mereka.



Dosen: Ibu Lidya Chatrunnada
Kesehatan Mental