Haiiiii selamat pagi, siang, sore, malam dan subuh..
Saya akan menjelaskan contoh desain aplikasi dalam sistem
pakar yang berhubungan dengan ilmu psikologi tentang artificial intelligence (AI) dan dalam AI
terdapat sistem pakar, karena AI banyak dikembangkan manusia ke dalam
sistem pakar. Untuk postingan kali ini saya akan menunjukkan
rancangan dalam pembuatan sistem pakar. Sistem pakar ini berkaitan
dengan gangguan-gangguan psikologis manusia yang salah satunya
adalah dan saya memilih tentang ‘Autis’ Nah apasih Autis
itu? mari sama sama kita lihat pengertiannya
Autisme
Autisme adalah ganguan perkembangan kompleks pada fungsi otak yang
disertai dengan defisit intelektual dan perilaku dalam rentang dan
keparahan yang luas. Autisme dapat dilihat selama masa bayi dan awal
masa kanak-kanak terutama sejak usia 18 sampai 30 bulan. Autisme terjadi
pada 1 : 2500 anak, sekitar empat kali lebih sering pada lelaki
dibanding perempuan (meskipun perempuan biasanya terkena lebih parah),
dan autism dapat terjadi pada sapa saja tidak berhubungan dengan tingkat
sosioekonomi, rasa atau pendidikan orang tua.
Sudah sejak tahun 1938, dr. Leo Keanner (seorang dokter spesialis
penyakit jiwa) melaporkan bahwa dia telah mendiagnosa dan mengobati
pasien dengan sindroma autisme yang dia sebut infantile Autisme.
Untuk menghormatinya, autisme disebut juga sindroma keanner. Dengan
gejala tidak mampu bersosialisasi, mengalami kesulitan menggunakan
bahasa, berperilaku berulang-ulang, serta bereaksi terhadap rangsangan
sekitarnya.
Beberapa penyebab Autis :
- Kelainan kromosom pada anak
- Cedera otak
- Berkembang aphasia
- Defisit pada sistem pengaktifan retikulum
- Keadaan yang tidak menguntungkan antara faktor-faktor psikogenik dan perkembangan saraf
- Perubahan struktur serebellum
- Pengaruh virus selama ibu hamil, seperti rubella, toxo, herpes.
- Pola makan yang tidak baik
- Pendarahan
- Keracunan makanan
Kriteria Diagnostik Autisme
National Autism Society Amerika serikat (1978) memberikan beberapa
kriteria gangguan yang disepakati menggambarkan terjadinya autisme :
- Tidak terpenuhinya tahapan dan tugas perkembangan yang seharusnya
- Terganggunya respons terhadap stimuli sensori
- Hambatan dalam kapasitas wicara, bahasa, dan kognitif
- Hambatan dalam relasi interpersonal dengan orang lain, kejadian dan objek.
Diagnosis dapat ditegakkan jika ciri-ciri ini tampak sebelum usia 30 bulan.
Kriteria diagnostik DSM IV-TR (American Psychiatric Association, 2000) yang menggunakan istilah autistic disorder. Ada tiga kriteria gangguan autisme meliputi tiga set deskripsi perilaku.
1. Interaksi Sosial (minimal 2):
- Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi wajah, dan gerak tubuh pada saat sedang interaksi sosial
- Kesulitan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
- Tidak ada rasa empati, kurang peduli dengan kepentingan orang lain
- Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional dengan 2 arah
- Keterlambatan dalam pengembangan bahasa lisan, dan tidak berusaha mengimbangi melalui gerakan non verbal
- Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi, egosentris
- Mempunyai bahasa yang aneh & diulang-ulang
- Cara bermain kurang bervariasi, kurang imitasi sosial yang sesuai dengan tingkat perkembangannya
3. Perilaku, minat dan bermain imaginatif (minimal 1):
- Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan, baik intensitas dan fokusnya
- Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna
- Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian tertentu dari suatu benda
Untuk memenuhi syarat diagnosis, harus ada setidaknya 6 gejala, dengan
setidaknya dua dari kriteria set pertama dan satu dari masing-masing set
kedua dan ketiga tersebut.
Langkah-langkah mencegah Autis pada anak
Upaya pencegahan autis pada anak bertujuan agar gangguan perilaku yang
terjadi tidak semakin parah dan bukan untuk mencegah terjadinya autis.
Upaya pencegahan tersebut berdasarkan teori penyebab ataupun penelitian
faktor risiko autis. Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin yaitu
sejak :
1. Pencegahan sejak kehamilan
Untuk mencegah ganguan perkembangan sejak kehamilan, anda harus melihat
dan mengamati penyebab dan faktor risiko terjadinya gangguan
perkembangan janin sejak dalam kehamilan. Untuk mengurangi atau
menghindari risiko yang bisa timbul dalam kehamilan dapat melalui
beberapa cara, diantaranya :
- Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan lebih awal, kalau perlu berkonsultasi sejak merencanakan kehamlan. Melakukan pemeriksaan screening secara lengkap terutama infeksi virus TORCH (Toxoplasma, Rubela, Citomegalovirus, Herpes atau Hepatitis). Periksa dan konsultasi ke dokter secara rutin dan berkala, dan selalu mengikuti nasihat dan petunjuk dokter.
- Bila terdapat pendarahan segera perksa ke dokter kandungan. Pendarahan pada wal kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran prematur. Bayi premature dan berat bayi lahir rendah berpotensi tinggi resiko terhadap terjadinya autis dan gangguan bahasa lainnya.
- Berhati-hati dalam mengkonsumsi obat selama kehamilan. Terutama untuk obat-obatan yang diminum selama kehamilan trimester pertama. Sebaiknya ibu mulai menghindari asap rokok atau debu sejak usia di atas 3 bulan. Hindari makanan yang terbuat dari bahan kimiawi selama kehamilan.
2. Pencegahan saat persalinan
Persalinan adalah periode yang paling menentukan dalam kehidupan bayi
selanjutnya. Bila terjadi gangguan saat persalinan akan berdampak pada
kualitas hidup anak. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk meminimalisasi terjadinya gangguan perkembangan dan
perilaku anak bila lahir, yaitu :
- Melakukan konsultasi dengan dokter spesialis kandungan dan kebidanan tentang rencana persalinan.
- Dapatkan informasi secara jelas dan lengkap tentang resiko yang bisa terjadi selama persalinan.
- Bila terdapat resiko dalam persalinan harus diantisipasi sebelumnya, baik bantuan dokter spesialis anak saat persalinan atau sarana perawatan NICY (Neonatologi Intensive Care Unit) bila dibutuhkan
3. Pencegahan Sejak Usia Bayi
Setelah masuk usia bayi terdapat beberapa faktor resiko yang harus diwaspadai dan dilakukan upaya pencegahannya yaitu :
- Amati gangguan saluran cerna pada bayi sejak lahir karena gangguan saluran cerna yang berkepanjangan dapat mengganggu fungsi otak yang akhirnya mempengaruhi perkembangan perilaku anak.
- Bila terdapat kesulitan kenaikan berat badan, harus diwaspadai dan dicari penyebabnya
- Bila bila terjadi gangguan neurologi atau syaraf seperti trauma kepala, kejang (bukan kejang demam sederhana) maka kita harus lebih cermat mendeteksi secara dini gangguan perkembangan.
- Bila didapatkan penyimpangan gangguan perkembangan khususnya yang mengarah pada gangguan perkembangan dan perilaku, maka sebaiknya dilakukan konsultasi sejak dini kepada ahlinya untuk menentukan diagnosis dan intervensi sejak dini.
Bagaimana penanganan untuk anak autis?
Ada berbagai terapi untuk menangani anak autis, sebagaimana dijelaskan di bawah ini :
1. Applied Behavioral Analysis (ABA). Teknik ABA ini memiliki beberapa hal dasar yang perlu diperhatikan, yaitu :
- One on one. Satu terapis untuk menangani satu anak
- Kepatuhan (compliance) dan kontak mata
- Siklus dari Discrete Trial Training, tahap ini dimulai dengan member instruksi dan diakhiri dengan pemberian imbalan
- Fading. Mengarahkan anak ke perilaku target dengan pemberian banyak contoh dan makin lama contoh makin dikurangi secara bertahap
- Shaping. Pemberian tahap-tahap pada satu perilaku yang diharapkan semakin lama semakin mendekati tujuan.
- Chaining. Mengajarkan suatu perilaku yang kompleks, kemudian dipecah menjadi beberapa aktivitas ringan yang disusun secara berurutan.
- Discrimination training. Tahap identifikasi dengan adanya pembanding yang mana satu item sudah d label benar, yang kemudian ditambah secara bertahap.
- Mengajarkan pada anak konsep warna, bentuk, huruf, angka, dan lain-lain.
2. Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan
berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula
individu autistik yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat
kurang. Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak
mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan
orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat
menolong.
3. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan
motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk
memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok
dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini
terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot
halusnya dengan benar.
4. Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara
individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik
kasarnya.
Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat.
Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi
sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan
memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5. Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam
bidang komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan
pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan
main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan
memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya
dan mengajari cara2nya.
Tips memahami dan me-manage perilaku anak autistik
Berikut beberapa poin penting dan tip agar tercipta a calmer family life, yaitu :
1.Memahami anak
Kebanyakan dari anak autis mempunyai perilaku yang sulit. Setiap anak
itu berbeda-beda dan memahami anak autis adalah kunci untuk segala
tindakan yang kita ambil.
2.Menyesuaikan harapan
Bila kita mempunyai harapan agar anak kita dapat duduk manis di
kursingya saat makan malam bersama seluruh anggota keluarga, kita harus
memulainya dengan target yang lebih mudah, misalnya:
- Anak dapat duduk diam selama tiga menit
- Anak dapat makan menggunakan sendok dan garpu dengan benar, atau
- Apapun yang kita pikir anak kita dapat melakukannya dengan mudah.
Target-target tersebut dapat dijadikan sebagai fondasi menuju tujuan
akhir yaitu anak dapat mengikut acara makan malam dengan normal seperti
anak-anak yang lain.
3. Memodifikasi lingkungan
Perhatian pada keamanan dan keselamatan adalah kunci. Dan untuk
anak-anak autis, menciptakan sebuah lingkungan yang aman terkadang
menjadi sebuah tantangan tersendiri. Karena begitu banyaknya perilaku
anak kita yang mungkin memiliki potensi untuk menjadi berbahaya maka,
penting sekali bagi kita untuk mengambil tindakan-tindakan pencegahan,
seperti :
- Mengunci rak ke dinding sehingga tidak mungkin akan roboh kena dorong
- Menempatkan gerendel di pinti depan
- Lemari-lemari atau perabot laindapat menempel dengan aman di tempatnya masing-masing, dan
4. Memkirkan kemungkinan-kemungkinan penyebab dari perilaku yang ditampilkan anak
Banyak anak dengan spectrum autism yang mengidamkan over respond terhadap input sensori. Yang lain, menampilkan alternatif dari keduanya. Sering kali terjadi, perilaku buruk yang ditampilkan anak dengan autisme sejatinya hanya sebuah reaksi terhadap terlalu banyak atau sedikit input sensori yang dia inginkan. Oleh karena itu, alangkah bijak kita dapat mengamati anak dengan seksama, sehingga kita kemudian akan mengetahuii bagaimana cara men-shut down perilaku tersebut.
Banyak anak dengan spectrum autism yang mengidamkan over respond terhadap input sensori. Yang lain, menampilkan alternatif dari keduanya. Sering kali terjadi, perilaku buruk yang ditampilkan anak dengan autisme sejatinya hanya sebuah reaksi terhadap terlalu banyak atau sedikit input sensori yang dia inginkan. Oleh karena itu, alangkah bijak kita dapat mengamati anak dengan seksama, sehingga kita kemudian akan mengetahuii bagaimana cara men-shut down perilaku tersebut.
5. Menyingkirkan input sensori yang berlebihan
Ada banyak cara untuk mengubah situasi apabila Jika anak termasuk
over-reacting terhadap input sensori . dengan cara menghindari anak
terpapar seting-seting sensori yang berat seperti: parade, taman
hiburan, dll.
6. Memberikan input sensori yang diperlukan
Jika anak sering menabrak sofa, memanjat dinding atau berputar-putar, kemungkinan anak sedang mengidam-idamkan input sensorik.
Kita dapat menyediakan input sensori yang lebih dan tidak berbahaya. Misal :
- Memberikan pelukan
- Menaruh anak diantara bantal sofa
- Menggulung anak didalam selimut
Makanan apa sajakah yang boleh diberikan untuk anak autis ?
- Beras, ketan, kentang, jagung, singkong, ubi, tepung beras, tapioca, sagu dan hasil olahanyya seperti bihun dan soun.
- Daging : sapi, kambing, burung, ayam, ikan, kepiting, cumi, telur, udang
- Tahu, tempe, kacang hijau, kacang kedelai, kacang mede, kacang tanah, lentil, kacang kapri, susu kedelai.
- Minyak kelapa, minyak zaitun, minyak jagung minyak kacang, santan
- Sayuran dan buah segar
- Teh, sari buah murni tanpa pengawet
- Bahan tambahan makanan seperti : acasia gum, asam acrobat, asam fumerat, beta karoten, kalsium : ascorbat, phosphate, sulfate karbonat,selulosa, gel, gum, gelatin,glyceride, lecithin, pectin, potassium/kalium: klorida, sitrat, sorbate.
- Bumbu dapur, cokelat bubuk, agar-agar gelatin.
Makanan apa yang sebaiknya dihindari untuk anak autis ?
- Makanan mengandung gluten : gandum, barley, bulgur (salah satu jenis sereal), terigu, dan semua olahanya.
- Makanan sumber kasein : susu dan hasil olahanya seperti keju, yogurt, krim
- Daging, yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet, daging asap, ikan asap, sarden.
- Tauco, kecap.
- Mentega, krim
- Saus tomat, saos cabe, dan sayuran yang diawetkan dan diasinkan
- Buah yang diawetkan dan buah dalam kaleng
- Minuman botol ringan, sari buah dengan pengawet.
- Pewarna tiruan, zat penambah rasa/monosodium glutamate, zat penambah aroma, pemanis : aspartman, sakarin, kafein, polybate, nitrat, nitrit (pengawet daging).
- Makanan yang diawetkan dengan bahan pengawet, permen, cokelat, ragi.
Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa anak autis
Disini
saya akan mencoba menjelaskan mengenai hubungan sistem pakar sebagai
sarana untuk mendiagnosa autis pada anak. Sistem pakar yang dibuat
untuk mendiagnosa anak autis ini diharapkan sangat berguna untuk
membantu para orangtua yang anaknya mengalami gangguan autis. Dalam
sistem pakar ini juga terdapat banyak kegunaan, misalnya kita bisa
langsung berkonsultasi dengan pakar tanpa harus bertemu langsung dengan
pakarnya. Selain konsultasi kita juga bisa mengetahui bagaimana kriteria
anak bisa dikategorikan autis, bagaimana cara pencegahannya, serta
terapinya. Untuk itu saya akan menampilkan bagaimana sistem pakar untuk
mendiagnosa autis pada yang sudah saya buat.
- Home : Merupakan tampilan awal dari website yang berisi sebuah link untuk menuju ke halaman berikutnya dalam website sistem pakar untuk mendiagnosa anak autis ini.
- Consultation : Halaman ini berisi tentang pengguna yang akan berkonsultasi mengenai anak yang mengalami autis.
- Profil :Halaman pada menu profil menjelaskan mengenai programer yang membuat dan merancang Sistem Pakar Diagnosa Gangguan Autisme Pada Anak.
- Disease : Halaman ini memuat seputar apa itu autism dan penyebab dari autis
- Suggestions and Criticism : Pada halaman menu saran kritik ini, pengguna dapat mengisikan beberapa saran serta kritikan yang berfungsi untuk perbaikan program Sistem Pakar Untuk Diagnosa Gangguan Autisme Pada Anak
- Tips : Halaman ini memberitahukan kepada pengguna mengenai tips-tips untuk para orang tua mengidentifikasi serta penanganannya pada anak autis
- Admin : Halaman ini untuk login admin
Referensi :
Goldstein, Sam., Naglieri, Jack. A., & Ozonoff, Sally. (2009).
Assessment of Autism Spectrum Disorder. New York : Guilford Press
DTM, Faisal. Y & MPH, H. (2002). Autisme suatu gangguan jiwa pada anak-anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor
http://www.autis.info/index.php/terapi-autisme/10-jenis-terapi-autisme