Rabu, 30 Desember 2015

#SIP Desain Aplikasi

Haiiiii selamat pagi, siang, sore, malam dan subuh..
Saya akan menjelaskan contoh desain aplikasi dalam sistem pakar yang berhubungan dengan ilmu psikologi tentang artificial intelligence (AI) dan dalam AI terdapat sistem pakar, karena AI banyak dikembangkan manusia ke dalam sistem pakar. Untuk postingan  kali ini saya akan menunjukkan rancangan dalam pembuatan sistem pakar. Sistem pakar ini berkaitan dengan gangguan-gangguan psikologis manusia yang salah satunya adalah dan saya memilih tentang ‘Autis’ Nah apasih Autis itu? mari sama sama kita lihat pengertiannya
 
Autisme 
Autisme adalah ganguan perkembangan kompleks pada fungsi otak yang disertai dengan defisit intelektual dan perilaku dalam rentang dan keparahan yang luas. Autisme dapat dilihat selama masa bayi dan awal masa kanak-kanak terutama sejak usia 18 sampai 30 bulan. Autisme terjadi pada 1 : 2500 anak, sekitar empat kali lebih sering pada lelaki dibanding perempuan (meskipun perempuan biasanya terkena lebih parah), dan autism dapat terjadi pada sapa saja tidak berhubungan dengan tingkat sosioekonomi, rasa atau pendidikan orang tua. 
Sudah sejak tahun 1938, dr. Leo Keanner (seorang dokter spesialis penyakit jiwa) melaporkan bahwa dia telah mendiagnosa dan mengobati pasien dengan sindroma autisme yang dia sebut infantile Autisme. Untuk menghormatinya, autisme disebut juga sindroma keanner. Dengan gejala tidak mampu bersosialisasi, mengalami kesulitan menggunakan bahasa, berperilaku berulang-ulang, serta bereaksi terhadap rangsangan sekitarnya.
Beberapa penyebab Autis : 
  1. Kelainan kromosom pada anak
  2. Cedera otak 
  3. Berkembang aphasia 
  4. Defisit pada sistem pengaktifan retikulum 
  5. Keadaan yang tidak menguntungkan antara faktor-faktor psikogenik dan perkembangan saraf 
  6. Perubahan struktur serebellum 
  7. Pengaruh virus selama ibu hamil, seperti rubella, toxo, herpes.
  8. Pola makan yang tidak baik
  9. Pendarahan 
  10. Keracunan makanan 
Kriteria Diagnostik Autisme
National Autism Society Amerika serikat (1978) memberikan beberapa kriteria gangguan yang disepakati menggambarkan terjadinya autisme : 
  1. Tidak terpenuhinya tahapan dan tugas perkembangan yang seharusnya
  2. Terganggunya respons terhadap stimuli sensori 
  3. Hambatan dalam kapasitas wicara, bahasa, dan kognitif 
  4. Hambatan dalam relasi interpersonal dengan orang lain, kejadian dan objek. 
Diagnosis dapat ditegakkan jika ciri-ciri ini tampak sebelum usia 30 bulan.
Kriteria diagnostik DSM IV-TR (American Psychiatric Association, 2000) yang menggunakan istilah autistic disorder. Ada tiga kriteria gangguan autisme meliputi tiga set deskripsi perilaku.
1. Interaksi Sosial (minimal 2):
  • Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi wajah, dan gerak tubuh pada saat sedang interaksi sosial 
  • Kesulitan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
  • Tidak ada rasa empati, kurang peduli dengan kepentingan orang lain
  • Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional dengan 2 arah
2. Komunikasi Sosial (minimal 1):
  • Keterlambatan dalam pengembangan bahasa lisan, dan tidak berusaha mengimbangi melalui gerakan non verbal 
  • Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi, egosentris
  • Mempunyai bahasa yang aneh & diulang-ulang 
  • Cara bermain kurang bervariasi, kurang imitasi sosial yang sesuai dengan tingkat perkembangannya 
3. Perilaku, minat dan bermain imaginatif (minimal 1): 
  • Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan, baik intensitas dan fokusnya 
  • Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna 
  • Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian tertentu dari suatu benda 
Untuk memenuhi syarat diagnosis, harus ada setidaknya 6 gejala, dengan setidaknya dua dari kriteria set pertama dan satu dari masing-masing set kedua dan ketiga tersebut. 
Langkah-langkah mencegah Autis pada anak
Upaya pencegahan autis pada anak bertujuan agar gangguan perilaku yang terjadi tidak semakin parah dan bukan untuk mencegah terjadinya autis. Upaya pencegahan tersebut berdasarkan teori penyebab ataupun penelitian faktor risiko autis. Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin yaitu sejak : 
1. Pencegahan sejak kehamilan Untuk mencegah ganguan perkembangan sejak kehamilan, anda harus melihat dan mengamati penyebab dan faktor risiko terjadinya gangguan perkembangan janin sejak dalam kehamilan. Untuk mengurangi atau menghindari risiko yang bisa timbul dalam kehamilan dapat melalui beberapa cara, diantaranya : 
  • Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan lebih awal, kalau perlu berkonsultasi sejak merencanakan kehamlan. Melakukan pemeriksaan screening secara lengkap terutama infeksi virus TORCH (Toxoplasma, Rubela, Citomegalovirus, Herpes atau Hepatitis). Periksa dan konsultasi ke dokter secara rutin dan berkala, dan selalu mengikuti nasihat dan petunjuk dokter. 
  • Bila terdapat pendarahan segera perksa ke dokter kandungan. Pendarahan pada wal kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran prematur. Bayi premature dan berat bayi lahir rendah berpotensi tinggi resiko terhadap terjadinya autis dan gangguan bahasa lainnya. 
  • Berhati-hati dalam mengkonsumsi obat selama kehamilan. Terutama untuk obat-obatan yang diminum selama kehamilan trimester pertama. Sebaiknya ibu mulai menghindari asap rokok atau debu sejak usia di atas 3 bulan. Hindari makanan yang terbuat dari bahan kimiawi selama kehamilan. 
2. Pencegahan saat persalinan Persalinan adalah periode yang paling menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya. Bila terjadi gangguan saat persalinan akan berdampak pada kualitas hidup anak. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk meminimalisasi terjadinya gangguan perkembangan dan perilaku anak bila lahir, yaitu : 
  • Melakukan konsultasi dengan dokter spesialis kandungan dan kebidanan tentang rencana persalinan.
  • Dapatkan informasi secara jelas dan lengkap tentang resiko yang bisa terjadi selama persalinan. 
  • Bila terdapat resiko dalam persalinan harus diantisipasi sebelumnya, baik bantuan dokter spesialis anak saat persalinan atau sarana perawatan NICY (Neonatologi Intensive Care Unit) bila dibutuhkan 
3. Pencegahan Sejak Usia Bayi Setelah masuk usia bayi terdapat beberapa faktor resiko yang harus diwaspadai dan dilakukan upaya pencegahannya yaitu :
  • Amati gangguan saluran cerna pada bayi sejak lahir karena gangguan saluran cerna yang berkepanjangan dapat mengganggu fungsi otak yang akhirnya mempengaruhi perkembangan perilaku anak.
  • Bila terdapat kesulitan kenaikan berat badan, harus diwaspadai dan dicari penyebabnya 
  • Bila bila terjadi gangguan neurologi atau syaraf seperti trauma kepala, kejang (bukan kejang demam sederhana) maka kita harus lebih cermat mendeteksi secara dini gangguan perkembangan.
  • Bila didapatkan penyimpangan gangguan perkembangan khususnya yang mengarah pada gangguan perkembangan dan perilaku, maka sebaiknya dilakukan konsultasi sejak dini kepada ahlinya untuk menentukan diagnosis dan intervensi sejak dini. 
Bagaimana penanganan untuk anak autis? 
Ada berbagai terapi untuk menangani anak autis, sebagaimana dijelaskan di bawah ini : 
1. Applied Behavioral Analysis (ABA). Teknik ABA ini memiliki beberapa hal dasar yang perlu diperhatikan, yaitu :
  • One on one. Satu terapis untuk menangani satu anak 
  • Kepatuhan (compliance) dan kontak mata 
  • Siklus dari Discrete Trial Training, tahap ini dimulai dengan member instruksi dan diakhiri dengan pemberian imbalan 
  • Fading. Mengarahkan anak ke perilaku target dengan pemberian banyak contoh dan makin lama contoh makin dikurangi secara bertahap 
  • Shaping. Pemberian tahap-tahap pada satu perilaku yang diharapkan semakin lama semakin mendekati tujuan.
  • Chaining. Mengajarkan suatu perilaku yang kompleks, kemudian dipecah menjadi beberapa aktivitas ringan yang disusun secara berurutan. 
  • Discrimination training. Tahap identifikasi dengan adanya pembanding yang mana satu item sudah d label benar, yang kemudian ditambah secara bertahap. 
  • Mengajarkan pada anak konsep warna, bentuk, huruf, angka, dan lain-lain. 
2. Terapi Wicara 
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistik yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
 3. Terapi Okupasi 
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar. 
4. Terapi Fisik 
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya. 
 5. Terapi Sosial 
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya. 
Tips memahami dan me-manage perilaku anak autistik Berikut beberapa poin penting dan tip agar tercipta a calmer family life, yaitu :
1.Memahami anak Kebanyakan dari anak autis mempunyai perilaku yang sulit. Setiap anak itu berbeda-beda dan memahami anak autis adalah kunci untuk segala tindakan yang kita ambil.
2.Menyesuaikan harapan Bila kita mempunyai harapan agar anak kita dapat duduk manis di kursingya saat makan malam bersama seluruh anggota keluarga, kita harus memulainya dengan target yang lebih mudah, misalnya: 
  • Anak dapat duduk diam selama tiga menit
  • Anak dapat makan menggunakan sendok dan garpu dengan benar, atau
  • Apapun yang kita pikir anak kita dapat melakukannya dengan mudah. 
Target-target tersebut dapat dijadikan sebagai fondasi menuju tujuan akhir yaitu anak dapat mengikut acara makan malam dengan normal seperti anak-anak yang lain. 
3. Memodifikasi lingkungan Perhatian pada keamanan dan keselamatan adalah kunci. Dan untuk anak-anak autis, menciptakan sebuah lingkungan yang aman terkadang menjadi sebuah tantangan tersendiri. Karena begitu banyaknya perilaku anak kita yang mungkin memiliki potensi untuk menjadi berbahaya maka, penting sekali bagi kita untuk mengambil tindakan-tindakan pencegahan, seperti :
 - Mengunci rak ke dinding sehingga tidak mungkin akan roboh kena dorong 
- Menempatkan gerendel di pinti depan
 - Lemari-lemari atau perabot laindapat menempel dengan aman di tempatnya masing-masing, dan
 4. Memkirkan kemungkinan-kemungkinan penyebab dari perilaku yang ditampilkan anak
Banyak anak dengan spectrum autism yang mengidamkan over respond terhadap input sensori. Yang lain, menampilkan alternatif dari keduanya. Sering kali terjadi, perilaku buruk yang ditampilkan anak dengan autisme sejatinya hanya sebuah reaksi terhadap terlalu banyak atau sedikit input sensori yang dia inginkan. Oleh karena itu, alangkah bijak kita dapat mengamati anak dengan seksama, sehingga kita kemudian akan mengetahuii bagaimana cara men-shut down perilaku tersebut. 
5. Menyingkirkan input sensori yang berlebihan Ada banyak cara untuk mengubah situasi apabila Jika anak termasuk over-reacting terhadap input sensori . dengan cara menghindari anak terpapar seting-seting sensori yang berat seperti: parade, taman hiburan, dll. 
 6. Memberikan input sensori yang diperlukan Jika anak sering menabrak sofa, memanjat dinding atau berputar-putar, kemungkinan anak sedang mengidam-idamkan input sensorik. Kita dapat menyediakan input sensori yang lebih dan tidak berbahaya. Misal : 
  • Memberikan pelukan 
  • Menaruh anak diantara bantal sofa 
  • Menggulung anak didalam selimut 
Makanan apa sajakah yang boleh diberikan untuk anak autis ? 
  1. Beras, ketan, kentang, jagung, singkong, ubi, tepung beras, tapioca, sagu dan hasil olahanyya seperti bihun dan soun. 
  2. Daging : sapi, kambing, burung, ayam, ikan, kepiting, cumi, telur, udang
  3. Tahu, tempe, kacang hijau, kacang kedelai, kacang mede, kacang tanah, lentil, kacang kapri, susu kedelai. 
  4. Minyak kelapa, minyak zaitun, minyak jagung minyak kacang, santan
  5. Sayuran dan buah segar 
  6. Teh, sari buah murni tanpa pengawet
  7. Bahan tambahan makanan seperti : acasia gum, asam acrobat, asam fumerat, beta karoten, kalsium : ascorbat, phosphate, sulfate karbonat,selulosa, gel, gum, gelatin,glyceride, lecithin, pectin, potassium/kalium: klorida, sitrat, sorbate. 
  8. Bumbu dapur, cokelat bubuk, agar-agar gelatin.
Makanan apa yang sebaiknya dihindari untuk anak autis ? 
  1. Makanan mengandung gluten : gandum, barley, bulgur (salah satu jenis sereal), terigu, dan semua olahanya.
  2. Makanan sumber kasein : susu dan hasil olahanya seperti keju, yogurt, krim 
  3. Daging, yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet, daging asap, ikan asap, sarden. 
  4. Tauco, kecap. 
  5. Mentega, krim 
  6. Saus tomat, saos cabe, dan sayuran yang diawetkan dan diasinkan 
  7. Buah yang diawetkan dan buah dalam kaleng 
  8. Minuman botol ringan, sari buah dengan pengawet.
  9. Pewarna tiruan, zat penambah rasa/monosodium glutamate, zat penambah aroma, pemanis : aspartman, sakarin, kafein, polybate, nitrat, nitrit (pengawet daging). 
  10. Makanan yang diawetkan dengan bahan pengawet, permen, cokelat, ragi. 
Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa anak autis
Disini saya akan mencoba menjelaskan mengenai hubungan sistem pakar sebagai sarana untuk mendiagnosa autis pada anak. Sistem pakar yang dibuat untuk mendiagnosa anak autis ini diharapkan sangat berguna untuk membantu para orangtua yang anaknya mengalami gangguan autis. Dalam sistem pakar ini juga terdapat banyak kegunaan, misalnya kita bisa langsung berkonsultasi dengan pakar tanpa harus bertemu langsung dengan pakarnya. Selain konsultasi kita juga bisa mengetahui bagaimana kriteria anak bisa dikategorikan autis, bagaimana cara pencegahannya, serta terapinya. Untuk itu saya akan menampilkan bagaimana sistem pakar untuk mendiagnosa autis pada yang sudah saya buat. 
 
  1. Home : Merupakan tampilan awal dari website yang berisi sebuah link untuk menuju ke halaman berikutnya dalam website sistem pakar untuk mendiagnosa anak autis ini. 
  2. Consultation : Halaman ini berisi tentang pengguna yang akan berkonsultasi mengenai anak yang mengalami autis. 
  3. Profil :Halaman pada menu profil menjelaskan mengenai programer yang membuat dan merancang Sistem Pakar Diagnosa Gangguan Autisme Pada Anak. 
  4. Disease : Halaman ini memuat seputar apa itu autism dan penyebab dari autis 
  5. Suggestions and Criticism : Pada halaman menu saran kritik ini, pengguna dapat mengisikan beberapa saran serta kritikan yang berfungsi untuk perbaikan program Sistem Pakar Untuk Diagnosa Gangguan Autisme Pada Anak 
  6. Tips : Halaman ini memberitahukan kepada pengguna mengenai tips-tips untuk para orang tua mengidentifikasi serta penanganannya pada anak autis 
  7. Admin : Halaman ini untuk login admin 
Referensi :
Goldstein, Sam., Naglieri, Jack. A., & Ozonoff, Sally. (2009). Assessment of Autism Spectrum Disorder. New York : Guilford Press 
DTM, Faisal. Y & MPH, H. (2002). Autisme suatu gangguan jiwa pada anak-anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor
http://www.autis.info/index.php/terapi-autisme/10-jenis-terapi-autisme 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar